Jumat, 13 Mei 2016

Kawasan Industri Sebagai Tempat Tinggal

 

Kawasan industri merupakan kawasan yang selain digunakan untuk melakukan aktifitas ekonomi dan industri. Sebagai tempat beraktivitas dan tempat yang memiliki kawasan untuk tinggal, kawasan industri juga harus mampu mensupport kehidupan orang-orang yang ada didalamnya sebagai satu kesatuan. Karena bagaimana juga kualitas produktivitas pekerja akan dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada apakah dapat memberikan kenyamanan atau tidak. Salah satu variabel kebahagiaan adalah tersedianya fasilitas publik.

Berbagai teori yang berkaitan dengan sumber daya manusia menyatakan bahwa kebahagiaan akan memberikan dampak yang signifikan kepada perusahaan dan produktivitas itu sendiri. Penelitian dari emirates 247 yang dikutip dari Dream.co.id menyatakan bahwa kebahagiaan akan memberikan dampak kepada orang-orang yang ada di sekitarnya, berikut merupakan efek dari kebahagiaan untuk para pekerja:
  1. Kebahagiaan Meningkatkan Produktifitas

Hal ini diterapkan di negara besar seperti Swedia dimana perusahaan yang mampu menciptakan kondisi yang tepat sehingga meningkatkan kebahagiaan karyawannya ternyata dapat meningkatkan produktivitas. Jika produktivitas naik sudah pasti hal ini berimbas pada profit yang diterima oleh perusahaan.

  1. Orang bahagia mampu memecahkan masalah
Kebahagiaan yang diperoleh memberikan ketenangan dalam berpikir hal ini akan mempengaruhi keputusa-keputusan yang dibuat saat terjadi masalah. Semakin tenang seseorang dalam berpikir maka semakin mudah dirinya dalam memecahkan masalah dengan baik dan menghadapinya dengan lebih sedikit stress.

  1. Orang yang bahagia mampu mempengaruhi anggota tim
Energi positif akan mengalir akan mengalir dari orang-orang yang bahagia dan akan mempengaruhi anggota tim atau orang-orang yang lain yang diajak berinteraksi.  Pembawaan positif yang ada dapat meningkatkan pengaruh yang diberikan oleh seseorang

  1. Pekerja yang bahagia dapat membuat pelanggan senang
Pekerja yang  bahagia akan membawa energi positif dan akan melayani pelanggan dengan lebih tulus dan senang hati. Pelayanan yang berasal dari hati dan tulus akan memberikan kesenangan pada para pelanggan.

  1. Kebahagiaan melahirkan kreativitas
Orang yang bahagia akan lebih kreatif karena hidupnya lebih tenang dan dapat memikirkan hal-hal lain yang ada disekitarnya. Menurut dosen di Harvard Business School, Teresa Amabile, pegawai memiliki ide baru ketika mereka lebih bahagia. Dengan adanya kreatifitas lingkungan perusahaan akan lebih menyenangkan dan pemecahan masalah akan lebih mudah dilakukan.

  1. Orang yang bahagia lebih sehat
Secara mentalitas orang yang bahagia tentu dapat menghadapi stress atau tekanan dengan lebih baik. Penelitian dr. Edy Mustofa menunjukan bahwa jika seseorang terkena tekanan psikis yang ada akan menurunkan imunitas yang ada sehingga akan mempengaruhi kesehatan yang ada.

Fasilitas publik merupakan salah satu variabel yang dapat dijadikan faktor penentu kebahagiaan masyarakat. Sebagaimana halnya variabel lain, variabel ini digunakan oleh Ridwan Kamil sebagai walikota Bandung untuk menentukan kebahagiaan warganya. Ketersediaan fasilitas publik yang mumpuni diperlukan oleh masyarakat yang tinggal disuatu wilayah sehingga memberikan rasa kebahagiaan. Sehingga dalam proses berinvestasi aspek kebahagiaan karyawan perlu diperhatikan sehingga dampak positif dari perusahaan dapat diperoleh oleh perusahaan secara langsung.
Salah satu variabel kebahagiaan yang dapat dipenuhi oleh perusahaan adalah memilih tempat investasi yang memiliki fasilitas publik yang lengkap bagi karyawanya. Variabel fasilitas publik telah diakomodir oleh oleh Kawasan Industri Modern Cikande sebuah kawasan yang sudah memiliki fasilitas yang lengkap bagi orang-orang yang tinggal atau bekerja di kawasan tersebut. Selain fokus pada pemenuhan kebutuhan dan fasilitas penunjang investasi, Kawasan Industri Modern Cikande juga berupaya dengan serius memenuhi kebutuhan orang-orang yang tinggal di kawasan tersebut sehingga kebahagiaan orang-orang didalamnya dapat tercapai.

Penting nya Lahan Industri Modern Cikande Bagi Para Investor

 

Kawasan Industri Modern Cikande telah berdiri sejak tahun 1991 dan sudah memiliki sekitar 200 perusahaan yang menjadi tenant di Kawasan Industri Modern CIkande. Kawasan Industri Modern Cikande berlokasi strategis di Cikande, Serang, Jawa Barat; kira-kira 68 km dari Jakarta, 75 km dari Pelabuhan Tanjung Priok dan 50 km dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Modern Cikande Industrial Estate (MIEC) dapat diakses melalui tol Jakarta-Merak kemudian keluar melalui pintu tol Ciujung. Kawasan ini juga dekat dengan Pelabuhan Bojonegara yang menjadi pusat aktifitas perdagangan di provinsi Banten.

Kawasan Industri Modern Cikande saat ini dipercaya oleh beberapa negara-negara di terutama perusahaan-perusahaan asia. Beberapa negara yang menaruh investasi di Kawasan Industri Modern Cikande adalah perusahaan-perusahaan dari negara Korea, Japan, Taiwan, China, Malaysia, United States of America (USA), Singapore dan Thailand.

Pada tahun 2015 jumlah tenant yang berinvestasi di Kawasan Industri Modern Cikande sebanyak 222 tenant. Dengan komposisi Indonesia sebesar 62%, Korea 9%, Jepang 6%, Taiwan 6 %, USA 2%, Singapore 2%, dan lainnya 6%. Dominasi investasi Cikande untuk tahun 2015 masih dipegang oleh para investor Indonesia. Beberapa perusahaan internasional seperti Cargill dan Charoe Pokphand. Perusahaan IT seperti foxconn pun ikut berinvestasi di Cikande.


NegaraLuas Tanah
Indonesia262 ha
Thailand220 ha
China57 ha
Japan39 ha
Taiwan33 ha
USA28 ha
Singapore24 ha
Korea20 ha
Malaysia15 ha
Others19 ha
Tabel Negara yang berinvestasi di Kawasan Industri Modern Cikande


Kawasan Industri Modern Cikande memiliki lahan yang sangat luas untuk menampung perusahaa-perusahaan berukuran besar atau gudang-gudang yang dapat dijadikan bagian dari rantai pasokan, luas dari kawasan ini sekitar 3.175 ha. Saat ini, penggunaan lahan di Cikande didominasi oleh perusahaan-perusahaan Indonesia dan perusahaan dari Thailand yang ingin melebarkan bisnisnya di Indonesia.

Perusahaan asal China menggunakan 57 ha, perusahaan-perusahaan dari Japan 39 ha, perusahaan-perusahaan dari Taiwan 33 ha, perusahaan-perusahaan dari USA 28 ha, perusahaan-perusahaan dari Singapore 24 ha, perusahaan-perusahaan dari Korea 20 ha, perusahaan-perusahaan dari 15 ha dan perusahaan-perusahaan lainnya 19 ha

Kedepannya PT Modern Realty Tbk sebagai pengembang Kawasan Industri Modern Cikande akan terus mengupayakan yang terbaik sehingga selalu dapat memberikan kepuasan kepada para tenant dan calon investor. Saat ini Kawasan Industri Modern Cikande sedang melaksanakan pembangunan  tahap dua yang melibatkan

Supply Energi Besar Pada Sektor Industri Terbesar


 

Berdasarkan informasi dari Kementerian Perindustrian Indonesia (Kemenperin) pemerintah saat ini sedang melaksanakan Master Plan Percepatan dan Perluasaan Pembangunan Indonesia (MP3EI) agar pembangunan dilakukam secara merata di seluruh Indonesia. MP3EI mencakupi berbagai aspek ekonomi, diantaranya adalah perindustrian.  Agar rencana ini dapat terlaksana dengan baik maka ketersediaan energi harus stabil dan mencukupi.

Berdasarkan data yang dilansir oleh Kemenperin pada Facts & Figures Industry 2015 kebutuhan energi listrik di 2015 akan mencapai 76.187 GWh, energy Gas sebesar 505.141 Milyar MBTu dan kebutuhan energi batu bara sebesar 35.238 ribu ton. Kondisi ini diduga akan terus meningkat per tahunnya sehingga pemerintah harus siap untuk menyediakan infrastruktur energi yang baru.

 

Secara umum berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam outlook energy 2015, dinyatakan bahwa pada tahun 2013 konsumsi energi terbesar berasal dari sektor industri sebesar (37,1%) diikuti oleh sektor rumah tangga (29,43%), transportasi (28,10%), komersial (3,24%), dan lainnya  (2,04%). Pertumbuhan konsumsi energi dari sektor industri dalam kurun waktu 2000 – 2013 sebesar 3,35%.

Secara mikro, bagi pelaku industri ketidaktersediaan atau ketidakstabilan dari supply energy akan mempengaruhi proses produksi yang dilakukan di sebuah industri. Pelaku industri besar dapat menderita kerugian hingga milyaran bahkan triliunan rupiah dari gagal produksi. Hal ini membuat pasokan energi stabil menjadi hal yang penting bagi para pelaku industri di Indonesia.

Salah satu jalan keluar untuk memperoleh ketersediaan energi yang stabil adalah memilih kawasan yang mampu menyuplai energi dalam jumlah besar. Salah satu kawasan industri yang mampu menyuplai dan mendapatkan jaminan energi listrik dari Perusahaan Listrik Negara adalah Kawasan Industri Modern Cikande. Kawasan Industri Modern Cikande terletak di Cikande, Banten merupakan salah satu kawasan yang memiliki supply energy hingga lebih dari 300 MWA dan saat ini Kawasan Industri Modern Cikande memiliki sekitar 242 tenant yang tersuplai ketersediaan energinya dengan baik.

Jenis Investasi Industri Ternama di Modern Cikande

Berbagai macam investor dari berbagai negara sudah berinvestasi di Kawasan Industri Modern Cikande. Saat ini perusahaan-perusahaan dari negara maju seperti Korea, Japan, Taiwan, China, Malaysia, United States of America (USA) dan Singapore sudah berinvestasi di Kawasan Industri Modern Cikande.

Perusahaan ternama dari USA seperti Cargill pun memiliki pabrik di Kawasan Industri Modern Cikande.
Kawasan Industri Modern Cikande mampu menampung berbagai macam jenis bidang usaha karena fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh Kawasan Industri terbesar di Banten ini sudah lengkap dan mampu menampung berbagai jenis industri.

Perusahaan-perusahaan yang berada di Kawasan Industri Modern Cikande memiliki bidang usaha di Chemical, Steel, Metal Products & Smelter, Home & Building Materials, Food Processing, Plastic, Rubber-Based Products, Printing & Packaging, Other, Fashion Products & Related Components, Pharmaceutical & Medical Related Products, Electronics, Home Appliances & Related Products, Transportation Vehicle & Related Services, Warehouse & Logistics, Animal Feed.

Per 2015, perusahaan yang ada di Kawasan Industri Modern Cikande berjumlah 222 perusahaan yang memiliki aneka raga jenis usaha. Perusahaan yang mendominasi adalah perusahaan chemical dengan persentase 19%, diikuti oleh perusahaan yang begerak dibidang steel, metal product & smelter yang memiliki persentase 16%, perusahaan di bidang home & building materials memiliki persentase 10%.

Perusahaan-perusahaan di bidang Food Processing, Plastic, Rubber-Based Products, Printing & Packaging dan lainnya memiliki persentase sebesar 9%. Untuk perusahaan di bidang Fashion Products & Related Components memiliki persentase 7% dari total perusahaan di Kawasan Industri Modern Cikande, Sejumlah perusahaan Pharmaceutical & Medical Related Products memiliki persentase sebesar 6%. Terdapat juga perusahaan yang bergerak di bidang Electronics, Home Appliances & Related Products, Transportation Vehicle & Related Services, Warehouse & Logistics dengan pesentase masing-masing 5%. Untuk persentase yang terkecil adalah perusahaan di bidang Animal Feed dengan pesentase sebesar 1%.


Berdasarkan data dari Kawasan Industri Modern Cikande untuk luas dan cakupan lahan yang diinvestasikan oleh per bidang usaha berbeda-beda untuk bidang yang terluas justru berasal dari Food Processing dengan luas 282 ha dan diikuti oleh steel, metal product & smelter dengan luas 103 ha. Banyaknya perusahaan yang berinvestasi dan terus mengembangkan perusahaannya mengakibatkan area 2 dari pengembangan Kawasan Industri Modern pada tahun 2015 dimulai untuk terus memenuhi kapasitas dari pengembangan lahan yang akan dilakukan investor maupun calon investor.


Bagi Para Investor Indonesia Tempat Terbaik Untuk Investasi

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber pada tahun 2013, Indonesia memperoleh predikat sebagai tempat terbaik untuk investasi ke 4 di seluruh dunia berdasarkan riset lembaga konsultan internasional, A.T Kerney dan PBB melalui United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD). Di tahun 2015, Para investor yang menghadiri World Economic Forum on East Asia (WEF EA) menilai Indonesia sebagai tempat terbaik melakukan investasi.

"Mereka cukup optimistis bahwa Indonesia merupakan tempat untuk melakukan investasi paling baik sekarang ini," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil di sela perhelatan WEF EA di Jakarta, Selasa (21/4/2015).

Tidak hanya para investor dari swasta saja yang ingin berinvestasi. Saat ini, beberapa negara sudah menjalani kesepakatan bersama dengan pemerintahan Indonesia. China sudah siap untuk mengeluarkan modal US$100 miliar untuk mendanai proyek infrastruktur Indonesia dengan komitmen investasi setara dengan Rp.1.361,55 triliun, dengan asumsi kurs per 11/08/2015 sebesar Rp.13.615,5 per US$.

Nota kesepahaman kerjasama atau Memorandum of Understanding (MoU) proyek ini telah ditandangani bersamaan dengan lawatan Presiden Jokowi saat Konferensi Tingkat Tinggi Asia Pacific Economic Cooperation (KTT APEC) di Beijing pada November tahun lalu. Hal ini membuktikan keseriusan China dalam menjalin kerja sama dan investasi dengan Indonesia.

Perusahaan-perusahaan dari China juga telah menganggap Indonesia sebagai tempat investasi yang menarik. Hal ini terlihat dari 10 perusahaan asal China beroperasi di kawasan industri terbesar di Banten, Kawasan Industri Modern Cikande. Perusahaan-perusahaan asal China ini menggunakan lahan di Kawasan Industri Modern Cikande sebesar 57 ha.

Berdasarkan pantauan Detik.com Deputi Bidang Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal, Azhar Lubis menyebutkan, faktor testimoni atau informasi kesuksesan berinvestasi yang menyebar dari mulut ke mulut antar investor China, jadi alasan minat investasi dari negeri Tirai Bambu ini melonjak tajam.
"Semakin ke sini semakin banyak success story, bahwa ternyata Indonesia nggak susah. Awal investor datangkan how to do business, akhirnya ke sini-sini sudah tahu bebaskan lahan, sudah tahu layanan izin 3 jam, urus IMB, sudah tahu ada BKPM," ungkap Azhar, saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (3/2/2016).

Sepanjang Januari nilai komitmen investasi China sebesar US$ 1,81 miliar atau menyumbang 23% dari total minat investasi yang masuk, dengan pertumbuhan 1.564% dibanding Januari tahun lalu. Sementara Singapura di posisi pertama menyatakan minat investasi US$ 7,5 miliar atau tumbuh 413%.

Kawasan Industri pun menjadi salah satu yang memperoleh nilai investasi tersebut. Terdapat Kawasan Industri yang cukup didominasi oleh perusahaan-perusahaan yang berasal dari China pada tahun 2015, kawasan industri tersebut adalah Kawasan Industri Modern Cikande, dimana perusahaan yang berasal dari China menempati urutan ke 4 dengan jumlah 12 perusahaan dari total 220 perusahaan yang berasal dari berbagai belahan dunia yang berada di Kawasan Industri Modern Cikande. Kawasan Industri besar seperti kawasan industri modern cikande akan terus berupaya memfasilitasi perusahaan-perusahaan yang berasal dari berbagai belahan dunia.



Investasi Asing dan Kawasan Industri di Indonesia tahun 2016

Indonesia dalam pemerintahan Jokowi mendorong untuk mempermudah proses investasi di Indonesia pada Februari 2016 lalu, dikutip dari Detik.com, Presiden Jokowi menyampaikan keynote speech di dalam acara US-ASEAN Business Council (US-ABC) yang menjadi bagian dari rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-Amerika Serikat (AS).

Pada kesempatan itu Jokowi sempat menjelaskan, bahwa kini berinvestasi di Indonesia sudah lebih mudah. Sudah hampir tidak ada lagi izin yang panjang dan birokrasi yang berbelit-belit. Di antaranya adalah penyederhanaan serta pembenahan perizinan, peraturan yang tumpang tindih, termasuk deregulasi Daftar Negatif Investasi (DNI). Dalam pidatonya Jokowi menjelaskannya, "Saat ini, kita harus memberlakukan kebijakan yang sama di emerging markets, yakni membebaskan bisnis dan industri dari undang-undang dan peraturan yang berlebihan.”

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh A.T Kerney dan Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), United Nations Conference on Trade Development (UNCTAD). Indonesia berada di urutan ke empat. 5 besar negara yang termasuk dalam daftar adalah sebagai berikut:
  1. China
  2. Amerika Serikat
  3. India
  4. Indonesia
  5. Brasil
  6. Jerman
  7. Mexico
  8. Thailand
  9. Inggris Jepang
Dikutip dari koran sindo.com, 3 Tahun Terakhir Salah satu indikator untuk mengukur kemudahan berinvestasi di suatu negara adalah kemudahan berbisnis. Terkait hal ini Bank Dunia (World Bank) mengeluarkan laporan bertajuk Doing Business 2016. Indonesia hanya mampu merangsek ke posisi 109 dari sebelumnya di peringkat ke-114 pada 2015.

Data-data terkait yang membuat Investasi Asing di Indonesia menjadi yang tertinggi di ASEAN di tahun 2015:
  1. Menurut laporan World Investment Report 2015 UNCTAD, Indonesia mengalami kenaikan penanaman modal asing sebesar 20% ke angka USD22,6 miliar dari USD18,8 miliar dibanding tahun sebelumnya.
  2. Pertumbuhan investasi asing di Indonesia ini merupakan tertinggi kedua di Asia Timur, sedangkan dari sisi nilai PMA merupakan terbesar keempat.
  3. Di Asia Tenggara, pertumbuhan PMA Indonesia sebesar 20% dan tertinggi di antara negara lainnya.
  4. Pertumbuhan PMA Singapura hanya mencapai 4,2% meskipun jumlah PMA-nya sebesar USD67,5 miliar, atau tiga kali lipat lebih besar dari Indonesia.
  5. Thailand mengalami penurunan pertumbuhan investasi sebesar 10,3%.
  6. Vietnam hanya berhasil membukukan investasi asing senilai 3% akibat kebijakan peningkatan upah minimum.
Bersamaan dengan iklim investasi di Indonesia yang diperkiraan akan membaik maka pengarahan pembangunan infrastruktur peridustrian kepada Kawasan Industri menjadi fokus. Investasi yang ada di Indonesia diyakini oleh pemerintah Republik Indonesia harus dilengkapi oleh infrastruktur dan prasarana yang mumpuni agar kegiatan ekonomi, industri dan investasi bisa berjalan dengan lancar.

Selain membangun kawasan industri untuk memperluas ke timur Indonesia, Kawasan Industri yang telah ada seperti Kawasan Industri Modern Cikande yang merupakan salah satu Kawasan Industri yang masuk dalam daftar Kawasan Industri yang menjadi rekomendasi Kementrian Perindustrian Republik Indonesia selain Kawasan Industri lainnya seperti Kawasan Industri Pulo Gadung dan Kawasan Industri Jababeka Bekasi mendapatkan perhatian pula dari pemerintah.

Besi Baja Prioritas Industri Tahun 2016 di Modern Cikande


Berdasarkan artikel dari Liputan6, November 2015, Pembangunan infrastruktur, konstruksi yang terus tumbuh, dan industri termasuk galangan kapal dan otomotif membutuhkan bahan baku baja. Kebutuhan baja kasar (crude steel) tercatat terus menanjak, dari 7,4 juta ton pada 2009 menjadi 12,7 Juta ton pada 2014.  guna memenuhi permintaan baja domestik dan menghindari ketergantungan yang tinggi terhadap baja impor, maka masih diperlukan banyak investasi di sektor baja.

"Hal ini diperlukan juga untuk dapat memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur di Indonesia yang diperkirakan sekitar Rp 5.000 triliun sampai dengan 2019 dan membutuhkan baja sekitar 17,5 Juta ton per tahun," ujar dia di Jakarta, Rabu (25/11/2015).

Industri besi dan baja juga menjadi salah satu industri prioritas lantaran merupakan bahan baku dasar bagi industri lainnya antara lain industri galangan kapal, industri di sektor migas, alat berat, otomotif, dan eletronika. Selain itu, industri besi dan baja adalah salah satu pendukung utama dalam rangka pembangunan infrastruktur di Indonesia antara lain jalan, bandara, pelabuhan, rel kereta api, dan beberapa fasilitas lainnya.

Dukungan dari pemerintah terhadap perkembangan industri baja pun dilakukan dengan membentuk kebijakan SNI Wajib untuk Produk besi baja, tata niaga impor besi atau baja, Program Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) dan inisiasi tindakan perdagangan (trade remedies).

"Dalam rangka pengembangan industri besi baja nasional pemerintah telah memberi fasilitas bagi investasi baru maupun perluasan industri berupa pemberian tax holiday dan tax allowance," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin melalui siaran pers di Jakarta, Selasa (24/11/2015).

Perkembangan industri baja pun pada beberapa kawasan industri terlihat cukup mendominasi karena kebutuhannya seperti yang ada pada Kawasan Industri Modern Cikande. Perusahaan baja yang berlokasi pada kawasan industri ini pada tahun 2015 mencapai 36 perusahaan dengan total penggunaan lahan 106 ha.

Menurut Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) I Gusti Putu Suryawirawan kepada Bisnis.com, November 2015, menyampaikan kondisi industri baja nasional menunjukkan perkembangan positif dari tahun ke tahun. Tercatat 352 perusahaan industri baja nasional yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi mampu menyerap 200.000 tenaga kerja dengan kapasitas produksi mencapai 14 juta ton per tahun. Pemerintah berharap pada tahun 2016 industri baja akan meningkat seiring dengan peningkatan industri, infrastruktur berdasarkan program-program pemerintah.